Sunday, April 8, 2007

ANEKA RAGAM FILSAFAT(Jelajah Singkat Tentang Cabang-Cabang Filsafat)

Filsafat telah menjadi pergulatan intelektual manusia sampai sekarang. Dengan demikian, filsafat sebagai salah satu bentuk pengetahuan dapat dibedakan dengan bidang-bidang lainnya, seperti: agama, kesenian, teologi dan ilmu pengetahuan dalam arti yang ketat.

DUDUK PERMASALAHAN FILOSOFIS

Kata filsafat adalah kumpulan 2 kata Yunani, yaitu philein yang artinya mencintai dan sophia yang artinya kebijaksanaan. Pada mulanya istilah filsafat mencakup setiap usaha penyelidikan yang membutuhkan tingkat rasionalitas tertentu. Bangsa Yunani melihat kebijaksanaan itu sebagai usaha rasional menjelaskan gejala alam[i].

Manusia menangkap gejala alam melalui panca inderanya. Setelah mengolahnya melalui inderanya, manusia mencoba mengenali gejala tersebut secara intelektual. Pengenalan intelektual manusia mencakup 2 bentuk pokok, yaitu bentuk rasional yang bekerja melalui konsep dan bentuk simbolik yang berujud pengenalan gambar atau simbol. Sifat pengenalan intelektual rasional lebih spekulatif dan abstrak. Sementara sifat pengenalan simbolik lebih figuratif dan konkret[ii].

TITIK TOLAK FILSAFAT

Ada keyakinan mendasar bahwa filsafat bertitik tolak pada pengalaman. Manusia yang berfilsafat berada dalam satu konteks pengalaman tertentu.

Untuk memberi makna kehidupan dalam filsafat, diandaikan bahwa manusia memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang apa yang akan menjadi bahan refleksinya. Filsafat selalu memulai dengan bentuk pengetahuan tertentu, dari suatu bidang pengalaman tertentu.

Dari sejarah filsafat sendiri, filsuf selalu mulai dengan apa yang dianggap sebagai pengetahuan, sistem ide, keyakinan dan hidup dalam tradisi masyarakat waktu itu.

Berbagai bentuk pengetahuan dan bidang pengalaman yang tersedia bagi refleksi filsafat, perlu dipilih, diseleksi dan dianalisa. Setelahnya, filsafat mengatur dan menginterpretasikan ide-ide, keyakinan serta nilai sehingga terbentuk suatu sistem pemikiran yang mampu memberi arah pada kehidupan manusia.

REFLEKSI FILSAFAT

Apa masalah mendasar filsafat ? Apa itu filsafat ? Filsafat adalah pengetahuan, salah satu bentuk pengetahuan yang berusaha sampai pada informasi, penjelasan yang valid, persis dan teratur. Bidang penyelidikan filsafat adalah semua realitas.

Aristoteles adalah filsuf pertama yang menerapkan penyelidikan radikal dan sistematika alam. Filsafat mempelajari sebab-sebab utama dari semua hal yang ada. Cicero menyatakan filsafat adalah studi mengenai akar-akar hal manusiawi dan hal-hal yang illahi. Descartes menegaskan bahwa filsafat mengajari orang untuk bernalar secara jernih dan tepat. Hegel memahami filsafat sebagai pengetahuan absolut. Dari sekian pendapat itu, hal tersebut memperlihatkan bahwa filsafat merefleksikan segala sesuatu. Ada dua alasan yang melatarbelakangi hal tersebut:

Pertama, realitas di sekitar kita selain bisa dipelajari secara ilmiah juga bisa dikaji pada taraf filosofis. Penyelidikan ilmiah menyentuh sisi kulit sebuah realitas, tapi pendekatan filosofis mencoba memahami akar masalah dalam sebuah realitas tertentu.

Kedua, sementara ilmu-ilmu hanya mempelajari satu dimensi realitas, filsafat mempunyai objek keseluruhan (universum realitas). Filsafat mempelajari realitas seluruhnya artinya berusaha memperoleh pemahaman lengkap dan tuntas mengenai tiap sektor dari realitas. Jadi filsafat sibuk untuk mengetahui, memahami, mengerti. Ilmu berusaha untuk menganalisa dan mengkalkulasi.

KODRAT FILSAFAT

Ada tiga ciri khas kualitas pengetahuan filsafat atau menunjuk bahwa suatu pengetahuan itu khas filosofis.

Satu, alat analisis filsafat adalah akal budi. Analisa filosofis dilakukan dengan penalaran murni. Fantasi dan kesan panca indera berguna dalam tahap awal mendapatkan pengenalan dunia real. Akal budi menerobosnya dan menjadi analisa rasional. Karya penyelidikan filsafat yang benar dilaksanakan dan diseleksi oleh akal budi. Akal budi menghindarkan tujuan praktis, kekacauan naluri tapi langsung berkecimpung dengan objek.

Dua, hakikat metode filsafat adalah rasional. Metode rasionalitas dalam filsafat bersifat multipleks, yaitu bermetode induktif atau deduktif.

Tiga, tujuan filsafat bukan bersifat praktis. Filsafat mencari kebenaran dan pengetahuan. Filsafat mempunyai tujuan teoritis secara murni atau kontemplatif. Filsafat itu bebas dalam arti tidak mau dijajah oleh pragmatisme dan ideologisme lainnya.

TAHAPAN DINAMIKA FILSAFAT

Proses pemikiran filosofis mengenal dua tahap yang saling berinteraksi. Kedua tahap tersebut terjadi bersamaan tapi dalam praktek dapat ditekankan yang satu atau yang lainnya.

Tahap analitis adalah tahapan filosofis untuk memperjelas atau mengkritisi metode dasar, aturan main, norma dari berbagai bidang teoritis, termasuk dalam ilmu pengetahuan. Filsafat analitis berkecimpung dengan kritik, penjelasan atau klarifikasi masalah dan definisi.

Tahap sintetis adalah tahapan filosofis yang menyatukan semua fase, tahap pengalaman manusia dalam suatu perspektif yang menyeluruh dan berarti. Dengan demikian, filsafat sintetis bermaksud merumuskan suatu pemahaman yang menyeluruh tentang kenyataan serta fase-fase pengalaman manusia.

MASALAH-MASALAH DASAR FILSAFAT

Dalam praksis filsafat, ada beberapa tema pokok dalam kehidupan yang dijadikan objek penyelidikan filsafat secara preferensial, yaitu: Logika, Epistemologi, Metafisika, Etika, Estetika.

LOGIKA: NALAR YANG TEPAT DAN LURUS

Istilah logika digunakan pertama kali oleh Zeno. Logika dapat berarti suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Tapi biasanya logika dilihat sebagai sebuah studi tentang struktur atau susunan pembahasan rasional. Logika merupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyelidiki proses atau cara berpikir yang benar, yang sehat dan patokan mana yang mesti dipatuhi agar pernyataan yang diambil adalah sah.

Dalam logika ada empat hukum dasar logika. Empat hukum dasar logika itu disebut juga postulat-postulat universal semua penalaran[iii]. Keempat hukum dasar logika adalah: hukum identitas, hukum kontradiksi, hukum tiada jalan tengah dan hukum cukup alasan. Hukum identitas menyebutkan bahwa sesuatu adalah sama dengan dirinya sendiri. Hukum kontradiksi adalah hukum yang menyatakan bahwa sesuatu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu. Hukum tiada jalan tengah menyatakan bahwa sesuatu itu pasti memiliki suatu sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertentu itu dan tidak ada kemungkinan ketiga. Hukum cukup alasan menjelaskan bahwa jika terjadi perubahan pada sesuatu, perubahan itu harus berdasarkan alasan yang cukup memadai dan cukup dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

EPISTEMOLOGI: DASAR-DASAR SEBUAH PENGETAHUAN

Epistemologi adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu yang mempelajari berbagai bentuk pengenalan dasar pengetahuan, hakikat dan nilainya. Secara tradisional, yang menjadi pokok permasalahan dalam epistemologi adalah sumber, asal mula dan sifat dasar pengetahuan: bidang, batas dan jangkauan pengetahuan.

Pengetahuan adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjuk kepada apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu. Pengetahuan selalu mempunyai subjek: yang mengetahui. Tanpa ada yang mengetahui maka tidak mungkin ada pengetahuan. Pengetahuan juga mengandaikan objek. Tanpa objek atau hal yang diketahui juga harus dikatakan tidak mungkin ada pengetahuan. Pengetahuan berelasi dengan masalah kebenaran. Kebenaran adalah kesesuaian pengetahuan dengan objek pengetahuan. Masalahnya adalah kebenaran suatu objek pengetahuan tidak bisa serentak diperoleh dalam suatu waktu pengetahuan tertentu. Jarang sekali sebuah objek pengetahuan menampilkan kebenaran mutlak. Kebenaran dicari dalam tahapan pengetahuan yang disusun secara metodis, sistematis dan rasional. Ada tiga jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan biasa atau pengetahuan pra ilmiah, pengetahuan ilmiah dan pengetahuan filosofis[iv].

Sebuah pengetahuan pasti mempunyai sumber. Apakah sebenarnya yang menjadi sumber pengetahuan ? Beberapa filsuf menyebutkan bahwa sumber pengetahuan adalah akal budi atau rasio. Akal budi memiliki fungsi penting dalam proses pengetahuan. Beberapa filsuf lainnya berpendapat bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman inderawi. Pengetahuan pada dasarnya bersandar dan bergantung pada panca indera serta pada pengalaman empirik inderawi. Pertentangan kutub ide rasionalitas dan empirisme ini didamaikan oleh Immanuel Kant yang menyatakan bahwa kendati seluruh ide dan konsep bersifat apriori, ide dan konsep tersebut hanya dapat diaplikasikan apabila ada pengalaman. Tanpa pengalaman, seluruh ide dan konsep tidak pernah dapat diaplikasikan.

Permasalahan lain dalam epistemologi adalah kepastian dan kebenaran sebuah pengetahuan. Kriteria apa yang dipakai untuk mengukur sebuah pengetahuan bisa disebut benar dan pasti ? Bagaimana sebuah pengetahuan bisa dikatakan sebagai pengetahuan yang sahih ? Dalam epistemologi ada beberapa teori kesahihan pengetahuan, yaitu teori koherensi, teori korespondensi, teori pragmatis, teori semantik dan teori logikal yang berlebihan[v].

METAFISIKA: ANTARA ESENSI DAN EKSISTENSI

Metafisika adalah satu cabang filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab adanya segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada. Metafisika bisa berarti upaya untuk mengkarakterisasi eksistensi atau realitas sebagai suatu keseluruhan. Istilah ini juga berarti sebagai usaha untuk menyelidiki alam yang berada di luar pengalaman atau menyelidiki apakah hakikat yang berada di balik realitas. Studi ini amat kompleks dan cenderung melampaui rasionalitas atau melampaui jangkauan akal budi.

Persoalan pertama yang harus dijawab metafisika adalah apakah realitas atau ada yang begitu beraneka ragam ? Mana yang lebih benar atas sebuah realitas atau bermacam-macam realitas ? Apakah eksistensi yang sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada itu merupakan realitas yang tampak atau tidak ? Ada tiga teori yang mencoba menjawab masalah itu, yaitu teori idealisme, materialisme dan dualisme[vi].

ETIKA: TINDAKAN BAIK DAN BURUK

Etika sering disebut filsafat moral. Etika merupakan cabang filsafat yang berbicara mengenai tindakan manusia dalam kaitannya dengan tujuan utama hidupnya. Etika membahas baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika mempersoalkan bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak.

Tindakan manusia ditentukan oleh macam-macam norma. Etika menolong manusia untuk mengambil sikap terhadap semua norma dari luar dan dari dalam, supaya manusia mencapai kesadaran moran yang otonom.

Etika menyelidiki dasar semua norma moral. Dalam etika biasanya dibedakan antara "etika deskriptif" dan "etika normatif". Etika deskriptif memberik gambaran dari gejala kesadaran moral, dari norma dan konsep-konsep etis. Etika normatif tidak berbicara lagi tentang gejala, melainkan tentang apa yang sebenarnya harus merupakan tindakan manusia. Dalam etika normatif, norma dinilai dan setiap manusia ditentukan.

ESTETIKA: PENGALAMAN DAN PENGAMATAN SENI

Estetika merupakan ranting filsafat yang membicarakan tentang seni atau keindahan, bukan hanya sebagai karya seni belaka tetapi juga sebagai kegiatan seni.

Pengalaman akan keindahan merupakan objek dari estetika. Dalam estetika, manusia mencari hakikat keindahan, bentuk pengalaman keindahan, penyelidikan emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah, yang agung, yang tragis, yang mengharukan.

Estetika biasa dibagi dua, yaitu deskriptif dan normatif. Estetika deskriptif menggambarkan gejala pengalaman keindahan. Estetika normatif mencari dasar pengalaman itu.

FILSAFAT SEBAGAI ILMU KRITIS

Filsafat sering dituduh sebagai sekularistik, ateis dan anarkis karena suka menelanjangi selubuh ideologis pelbagai kepentingan duniawi, termasuk yang tersembunyi dalam pakaian yang alim. Filsafat cenderung dan selalu diharapkan cenderung mempertanyakan apa saja secara kritis, seluruh realitas dipertanyakan. Pertanyaan kritis filsafat bukan sekedar hanya ingin menghancurkan tapi pertanyaan diajukan agar manusia dapat menanggapi realitas secara rasional dan bertanggung jawab. Filsafat dapat dipandang sebagai usaha manusia untuk menangani pertanyaan fundamental secara bertanggung jawab.

[i] Orang Yunani pertama yang menggunakan istilah philosophia adalah Pythagoras yang mengembangkan istilah philosophia dalam prinsip matematika yang dia buat. Lih. Bertens, Kees, Sejarah Filsafat Yunani, Kanisius: Yogyakarta.

[ii] Dua macam pengenalan ini kemudian tidak hanya terfokus pada gejala alam saja tapi mulai berpindah pada masalah makna kehidupan manusia dan dunia sekitarnya. Dalam konteks ini, muncul pertanyaan mendasar mengenai hakikat manusia, dunia, aspek kebenaran dan kehidupan manusia serta tujuan akhir manusia.

[iii] Postulata itu dapat juga disebut sebagai aksioma inferensi.

[iv] Pengetahuan pra ilmiah adalah pengetahuan yang didapat dari hasil pencerapan indera terhadap objek tertentu yang dijumpai dalam kehidupan. Pengetahuan ilmiah didapat dari sejumlam metode ilmiah yang menjamin kepastian kebenaran yang dicapai. Pengetahuan filosofis adalah pengetahuan yang diperoleh lewat pemikiran rasional yang didasarkan pada pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis dan pemikiran yang logis.

[v] Teori koherensi menyatakan bahwa suatu proposisi sahih jika proposisi itu memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proposisi sebelumnya yang juga sahih. Teori korespondensi mengatakan bahwa suatu pengetahuan itu sahih apabila proposisi bersesuaian dengan realitas yang menjadi objek pengetahuan itu. Teori pragmatis menegaskan bahwa pengetahuan itu sahih apabila proposisinya memiliki konsekuensi kegunaan. Teori semantik menyatakan bahwa pengetahuan itu sahih jika menekankan arti dan makna suatu proposisi. Teori logika berlebihan menunjukkan bahwa proposisi logis yang mempunyai term berbeda tetapi berisi informasi yang sama sekali tidak perlu dibuktikan lagi.

[vi] Idealisme mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada di dunia ide. Inspirasi dasar teori ini adalah teori ide Plato. Segala sesuatu yang tampak dan mewujud nyata dalam alam inderawi hanya merupakan gambaran atau bayangan dari yang sesungguhnya, yang berada di dunia ide.

Materialisme menekankan bahwa ada yang sesungguhnya adalah yang keberadaannya semata-mata bersifat material atau sama sekali bergantung pada material. Realitas yang sesungguhnya adalah alam kebendaan, dan segala sesuatu yang mengatasi alam kebendaan itu harus dikesampingkan.

Dualisme mengajarkan bahwa substansi individual terdiri dari dua tipe fundamental yang berbeda dan tak dapat direduksikan kepada yang lainnya. Kedua tipe fundamental itu adalah material dan mental.

[vii] "...bahwa sesuatu metode dipilih mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi; kecenderungan untuk menempuh jalan sebaliknya sesungguhnya keliru. Catatan ini ditambahkan di sini khususnya karena adanya kecenderungan yang kuat untuk mengagungkan kuantifikasi terhadap berbagai gejala yang sesungguhnya sukar diukur. Lih. Fuad Hasan dan Koentjaraningrat, "Beberapa Asas Metodologi Ilmiah", Metode-Metode Penelitian Masyarakat, redaktur, Koentjaraningrat (Jakarta: PT Gramedia, 1981), hal. 16-17.

[viii] Lih. Edwards (Ed.), The Encyclopedia of Philosophy, hal. 216-218

[ix] Zeno membagikan 4 cerita untuk bisa membatalkan argumentasi eksistensi gerak: pelari di stadion - di mana pelari itu sebetulnya tidak akan mungkin mencapai finis karena ketakterbatasan jarak yang ada, Akhiles yang berlomba dengan kura-kura - Akhiles mustahil mengalahkan kura-kura yang lamban tapi ia sudah berlari mendahului Akhiles. Kura-kura selalu bisa mencapai satu langkah di depan Akhiles dalam jarak yang tidak mungkin dikejar oleh Akhiles. Cerita tentang Anak Panah di mana anak panah itu sesungguhnya tidak bergerak tapi hanya diam. Kalaupun anak panah itu bergerak itu sebetulnya hanya gerak semunya saja. Cerita tiga deretan yang berjalan mau mengatakan bahwa deretan yang bergerak selalu bisa menutup ruang kosong sampai keadaan tak terbatas. Lih. Bertens, Kees, Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta:Kanisius, hal.62-64.

[x] Hanya saja kita sering tidak bisa membedakan secara jelas mana yang benar-benar karya Sokrates dengan karya dan pemikiran Plato. Plato begitu mengagumi Sokrates. Secara lengkap pembicaraan tentang karya Plato dan Sokrates bisa dilihat dalam buku Sejarah Filsafat Yunani, tulisan Kees Bertens, Yogyakarta:Kanisius, tahun 1999, hal. 94-128

[xi] Dialog Plato terbagi dalam tiga periode: periode dialog awal, dialog pertengahan dan periode terakhir. Dari sekian periode yang ada, periode tengah adalah periode yang produktif. Hal ini disebabkan karena dialog pertengahan menghasilkan enam tema pokok, yaitu: teori ide, sifat cinta, metode dialektika, bentuk dan ide kebaikan, sifat jiwa dan masyarakat ideal. Periode tengah Plato disebut periode spekulasi Plato.

[xii] Metode penarikan kesimpulan menurut Aristoteles ini dijabarkan secara panjang lebar dalam ajaran Aristoteles tentang Logika.

[xiii] Misalnya, partisipasi dalam pemikiran Plato yang dikembangkan oleh Agustinus dimasukkan dalam pola kausalitas, ide platonis dimasukkan dalam kerangka Tuhan.

[xiv] Perubahan itu terjadi karena memang ada perubahan alami, ada keteraturan dalam kosmos, hidup itu berarti membangunkan diri, benda di sekitar manusia bersifat terbatas.

[xv] Kant akan membedakan batas minimal fenomena dalam bidang inderawi yang bersifat reseptif, bidang akal yang berisi bentuk formal fenomena dan bersifat universal, bidang aku transendental yang menyatukan subjek dan objek. Kesatuan subjek dan objek berujud penyatuan bentuk-bentuk dan postulata apriori.

[xvi] Kant juga menyebutnya dengan istilah deduksi transendental. Metode ini digunakan setelah mendapatkan syarat minimal objektivitas. Metode ini juga memuat hukum yang berlaku secara de facto dan de jure dalam fenomena yang diselidiki sehingga terjadilah pengertian dan penilaian yang sama.

[xvii] Sebetulnya istilah tesis-anti tesis-sintesis berasal dari Fichte, Hegel sendiri tidak pernah mempergunakan istilah tersebut. Lih., Encyclopedia of Philosophy, hal. 2-387

[xviii] Reduksi fenomenologis adalah reduksi yang menyaring pengalaman pengamatan pertama yang terarah kepada eksistensi fenomena. Reduksi eidetis adalah reduksi yang berupaya untuk menemukan eidos atau hakikat yang tersembunyi. Oleh sebab itu, reduksi eidetis lebih ketat dibanding reduksi fenomenologis. Reduksi transendental adalah proses penyaringan semua hubungan antara fenomena yang diamati dan fenomena yang lainnya.

[xix] Prinsip verifikasi Ayer nampak menyolok dalam bukunya yang berjudul Language, Truth dan Logic yang diterbitkan pada tahun 1946. Buku ini merupakan usaha sintesa Ayer atas pendirian positivisme logis lingkaran Wina dengan analisis linguistik Inggris.

[xx] Lih. Wittgenstein, Ludwig., Philosophical Investigations

No comments: